Kemarin, saya dicurhati oleh seorang kawan yang merasa sangat stress dan tidak jenak bermain Facebook karena harus selalu berinteraksi dengan orang-orang yang membuat dirinya tidak nyaman.
Ketika saya tanya, dia lantas menyodorkan daftar nama-nama kawan yang menurutnya adalah sosok-sosok yang keterlaluan, sosok yang kalau membalas status selalu dengan nada ketus, yang kalau bercanda selalu kelewatan, yang kata-katanya sering bikin hati sakit.
Curhatan dia membuat saya mau tak mau harus memberikan dia nasihat yang juga sering saya berikan pada orang-orang dengan masalah serupa: jangan takut dan ragu memutus rantai hubungan per-Facebook-an dengan orang-orang yang membuatmu tak nyaman.
Bagi saya, Facebook adalah tempat orang bisa mencari hiburan, mencari solusi atas banyak permasalahan, mencari kawan baru, mencari bahan tulisan, membangun relasi, berjualan, dan sebagainya.
Facebook menawarkan kita banyak tujuan, dan stress seharusnya bukan salah satunya.
“Kalau memang kamu tidak nyaman dengan orang itu, ya unfriend saja, jangan takut,” kata saya.
Bagi saya, setiap orang berhak untuk mengunfriend siapa saja di Facebook. Memang untuk itulah tombol unfriend dibikin. Tak perlu rasa ewuh-pekewuh jika memang itu penting untuk dilakukan. Facebook hanya membatasi pertemanan sebanyak lima ribu orang, jadi sebisa mungkin, lima ribu orang tersebut harus diisi oleh orang-orang yang berkualitas dalam pertemanan. Orang-orang yang memang terbukti mampu bikin kita berkembang, bikin kita senang, bikin kita tambah pinter, bukannya malah bikin stress dan banyak pikiran.
Saya tak pernah merasa ragu kalau harus meng-unfriend kawan-kawan Facebook saya, utamanya yang memang sudah lama tidak aktif, atau terlalu sering membikin atau membagikan status-status yang membuat saya tidak nyaman.
Kalaupun memang berat untuk mengunfriend, Facebook masih memberi kita opsi lain, yakni tetap berteman tapi tidak mengikuti. Ini artinya, kita berteman dengan seseorang, namun status-statusnya tidak muncul di beranda kita.
Secara prinsip, Facebook memang sudah memfasilitasi banyak hal untuk mengatur privasi pertemanan kita. Kita bisa menyembunyikan status kita, bisa membuat status kita hanya dibaca oleh orang-orang tertentu, membuat status kita tidak bisa dibaca oleh orang-orang tertentu, dan sebagainya. Semua kendali pertemanan ada di tangan kita.
Kalau memang sudah keterlaluan, Facebook juga sudah menyediakan kita fitur block. Jangan pernah ragu untuk memanfaatkan fitur ini.
Banyak orang yang bilang bahwa orang yang suka nge-block adalah orang yang tidak open minded, tidak mau menerima orang lain. Bagi saya, setiap orang memang berhak untuk mau menerima siapa saja yang memang ingin ia terima.
Suka nge-block bagi saya tidak berpengaruh pada kebijaksanaan seseorang.
Saya kerap mem-block orang di Facebook. Alasannya beragam, dari mulai menyebalkan, sampai pada hal yang sifatnya pribadi.
Saya, misalnya, pernah mem-block seseorang karena ia berkali-kali menyebut saya sebagai kader PKS dalam kolom komentar Facebook saya. Sekali dua kali, mungkin masih wajar, tapi ia melakukannya berkali-kali, dan itu membuat saya terganggu. Saya bukan kader PKS, bahwa saya pernah diundang berkali-kali di acara PKS, itu benar, tapi saya bukan kader PKS. Bagi saya, status itu penting, sebab itu berpengaruh pada penilaian orang tentang pekerjaan sebagai seorang pekerja media. Itu pula sebabnya akhirnya saya memutuskan untuk mem-block orang tersebut.
Kali lain, juga pernah mem-block orang yang menanyakan pertanyaan yang keterlaluan. Dengan enteng di bertanya, “Gus, kamu kalau ciuman sama pacarmu, biasanya di mana?” Itu bukan saja pertanyaan yang bodoh, tapi juga sangat tidak sopan.
Saya tak nyaman dengan orang yang terlalu blak-blakan tanpa filter seperti itu, maka ia saya pikir sangat layak untuk saya block.
Saya juga pernah (khusus yang ini, malah sering) mem-block orang yang sering mencandai saya dengan kondisi fisik saya. Jujur, saya orang yang cukup terbuka dan senang-senang saja dengan kekurangan (atau malah kelebihan?) fisik saya. Mulut saya yang trengginas dan progresif ini memang rentan membuat orang gatel untuk bikin guyonan fisik. Saya tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut, wong ya saya sering juga mencandai kawan-kawan saya dengan cara serupa. Hanya saja, jika yang mencandai saya itu orang yang bahkan kenal saja tidak, maka itu keterlaluan namanya. Kenal enggak, ketemu juga belum pernah, tapi sok-sokan akrab dengan bercanda menggunakan kekurangan (sekali lagi, atau malah kelebihan) fisik saya.
Orang-orang seperti ini, sekali lagi, sangat layak untuk saya block.
Nah, kita semua selalu punya kebebasan untuk mengatur hubungan kita dengan orang lain di Facebook, termasuk kebebasan untuk mengatur kenyamanan kita.
Kenyamanan itu bukan hal yang harus selalu ditunggu, pada titik tertentu, kenyamanan adalah hal yang harus kita ciptakan sendiri.
Jangan pernah takut meng-unfriend dan mem-block orang lain di Facebook. Kadang, kita memang perlu untuk lebih memikirkan diri kita sendiri, ketimbang memikirkan orang lain.