"Martabak HAR, gus, kamu harus coba itu,"
Begitu kata kawan-kawan saya lewat pesan daring tatkala mereka tahu saya sedang dolan ke Palembang dalam rangka meliput Gelaran event Musi Triboatton 2016.
Jujur, saya belum pernah dengar nama Martabak HAR sebelumnya. Tapi saya yakin, martabak ini pastilah terkenal, soalnya selama perjalanan di palembang, saya sempat beberapa kali melihat gerai Martabak HAR.
"Martabak HAR itu salah satu merk martabak terkenal di Palembang, ya?" tanya saya kepada Omnduut, rekan sesama blogger yang juga ikut liputan Musi Triboatton 2016.
"Ya semacam itu lah mas," jawab Omnduut singkat.
"Dari bandara sampai ke hotel, saya sempat beberapa kali ketemu sama gerai Martabak HAR. Terkenal banget kelihatannya martabak ini. Dia buka franchise, ya?" tanya saya sekali lagi.
"Jadi gini, mas. Martabak HAR itu adalah martabak telor khas palembang, dia berbeda dengan martabak-martabak dari daerah lain, karena martabak HAR disajikan dengan kuah kari. HAR sendiri kepanjangannya adalah Haji Abdul Rozak, yang mana merupakan pelopor pertama usaha martabak ini"
"Di Palembang banyak banget ya gerainya?"
"Iya mas, soalnya anak-anaknya Haji Abdul Rozak ini semuanya meneruskan usaha martabak peninggalan ayahnya, masing-masing anak punya gerai sensiri, jadi ya nggak heran kalau gerainya banyak. Kalau gerai martabak HAR pertama sih setahu saya yang di dekat masjid agung Palembang itu." jelas Omnduut.
Belakangan, baru saya tahu kalau Haji Abdul Rozak punya delapan anak, semuanya menjual martabak HAR, beberapa cucunya pun juga meneruskan usaha martabak HAR yang legendaris ini.
Berbagai informasi yang saya dapat tentang Martabak HAR ini semakin menguatkan tekad saya untuk mencoba Martabak HAR.
Dasar nasib lagi mujur, ternyata panitia dari Kementerian Pariwisata (yang mengundang saya dan beberapa blogger untuk meliput Musi Triboatton 2016) memang sudah mengagendakan untuk mengajak para blogger icip-icip martabak HAR.
Duuuuh gusti, rejeki jejaka sholeh memang tidak pernah mengecewakan.
Tiba pada waktu yang sudah dinantikan. Saya dan rombongan dibawa ke salah satu gerai Martabak HAR. Saya ndak tahu, ini gerai milik anak atau cucu Haji Abdul Rozak yang ke berapa, maklum, saya ndak sempat menginterogasi pegawainya.
Tak perlu waktu yang lama untuk menunggu pesanan kami datang, karena peralatan masak di gerai martabak ini sudah sangat mumpuni, sehingga pesanan banyak pun tetap bisa diprosea dalam waktu yang tak terlalu lama.
Martabak pun datang, lengkap dengan cabai, dan kuah kari yang menjadi kekhasan Martabak HAR.
Saya tak tahu, bagaimana table manner martabak HAR yang baik dan benar. Konon, cara yang paling baik adalah dengan mengguyurkan kuah kari di atas martabak, lalu setelah itu, barulah martabak dimakan.
Saya sendiri justru memakai jurus lama: cocol. Ya, saya memang lebih suka memotong martabaknya lalu mencocolkannya ke dalam kuah kari, baru kemudian dimakan. Selain karena menurut saya lebih nikmat, saya juga jadi bisa membedakan, bagaimana rasa martabak dengan atau tanpa kuah kari.
Rasa martabak HAR ini sungguh gurih. Rasa telornya begitu terasa. Kegurihannya bertambah dua kali lipat saat bercampur dengan kuah kari yang juga tak kalah gurihnya.
Pokoknya susah deh menjelaskan kelezatan rasanya dal bentuk tulisan. Sampeyan harus mencobanya sendiri biar tahu bagaimana rasanya.
Nah, jika suatu saat anda dolan ke Palembang, jangan lupa mampir menikmati martabak legendaris ini. Jangan takut, gerainya banyak, kok. Tinggal tanya supir angkot, insya Alloh pasti tahu.
Kalau supir angkotnya nggak tahu, gimana mas? Lha Itu supir angkot mana dulu? Pastikan yang sampeyan tanya itu supir angkot Palembang, bukan supir angkot Polewali Mandar.