Beberapa hari yang lalu, saya dihubungi oleh seseorang yang mengaku bernama Agung, beliau menggunakan nama "Adakah Diriku" sebagai nama akun facebook-nya. Mas Agung ini adalah Orang Indonesia kelahiran Surabaya namun sudah lama menetap di Belanda. Mas Agung ini mau mengabarkan bahwa ada seorang kawannya orang Belanda yang mau berkunjung ke Magelang, tujuannya untuk meninjau lokasi kompleks makam Pa van Der Steur. Dan beliau meminta tolong saya untuk menemani temannya itu berkunjung ke makam Pa van Der Steur yang lokasinya tak jauh dari rumah saya.
Pa van Der Steur sendiri adalah seorang Missionaris legendaris Belanda yang mengabdikan lebih dari separuh usia hidupnya untuk kegiatan kemanusiaan dan sosial di Indonesia, khususnya Magelang. Beliau adalah tokoh terkenal Belanda yang mendirikan Panti Asuhan terkenal Oranje Nassau (Panti asuhan Pa van Der Steur, sering disingkat Panti PVDS) yang sudah merawat lebih dari 7.000 anak asuh.
Usut punya usut, ternyata beliau ini (Mas Agung) mendapatkan kontak saya lewat blog saya, kebetulan di salah satu blog saya, saya menuliskan atikel tentang Makam Pa Van Der Steur yang berjudul Bersih-bersih kompleks makam Johannes "Pa" van Der Steur.
Rupannya, temannya yang mau berkunjung ke Magelang ini adalah Mr Harry van Lonkhuizen, Presiden Yayasan Pa van Der Steur di Belanda. Beliau mengabarkan akan datang bersama seorang kawan.
Saya sempat chating dengan belilau mengenai masalah transportasi sampai hotel yang akan digunakan, dan sejauh itu, saya bisa memberikan percakapan yang lumayan, maklum lah, namanya juga chating sambil buka Google translate. Jadi bahasa Inggris saya ndak kelihatan parah.
Pak Harry van Lonkhuizen tiba di Magelang hari jumat, tanggal 6 September lalu, dan langsung menginap di Hotel Grand Artos (salah satu hotel unggulan di kota Magelang). Esok paginya tanggal 7, saya baru menjemput beliau untuk langsung menuju ke kompleks makam Pa van Der Steur, kebetulan, saya sudah menghubungi Bu Tatik selaku juru kunci makam, juga beberapa kawan dari komunitas Kota Toea Magelang.
Nah, disinilah nampak betapa besarnya perbedaan antara ngobrol via chating dengan ngobrol langsung bertatap muka. Bahasa Inggris saya agak jeblok, ndak bagus-bagus amat, beruntung kawan pak Harry van Lonkhuizen yang menemani beliau ini bisa sedikit bahasa Indonesia, yah, walaupun terbata-bata.
Tanpa banyak basa-basi, Kami kemudian langsung berkunjung ke Kompleks makam Pa Van Der Steur yang lokasinya tak jauh dari hotel tempat Mr Harry menginap, hanya sekitar 10 menit perjalanan dengan menggunakan taksi. Di kompleks makam, Kami langsung disambut oleh Ibu Tatik selaku juru kunci makam (Bu Tatik sendiri merupakan anak dari salah satu anak asuh P Van der Steur, dimana ayahnya dimakamkan satu kompleks dengan makam Pa van Der Steur) yang sudah menunggu di makam bersama kawan-kawan Komunitas Kota Toea Magelang.
Selesai meninjau makam, Bu tatik kemudian mengajak kami untuk mengunjungi Bekas Panti Asuhan Pa van Der Steur yang rupanya hingga kini masih tetap aktif sebagai panti, namun sudah berganti nama. Dalam kesempatan ini, Pak Harry van Lonkhuizen berkata akan menggalang dana di Belanda untuk membantu hal-hal administratif baik untuk Panti maupun perawatan makam.
Saya tak lupa untuk mengajak Beliau untuk mengunjungi Candi Borobudur, yang merupakan landmark Wisata Magelang. Lumayan, saya dibayari tiket masuknya, hehehe.
Saya hanya bisa menemani beliau selama dua hari, padahal beliau dan kawannya akan tinggal di Magelang sampai 4 hari. Ah, tak apa lah, yang penting saya sudah menemani. Sudah gugur kewajiban, hehe
Hingga kini, saya masih belum percaya, gara-gara postingan di blog, saya kemudian dikontak untuk menemani orang yang datang berkunjung ke Magelang jauh-jauh dari negeri Belanda sana. Hanya gara-gara potingan blog. Sekali lagi, hanya gara-gara postingan blog.